puyang rubiah
Kisah singkat
Diantara beragam versi tentang Legenda puyang 'Rubiyah Inang Sakti', maka kami berinisiatif untuk membuka sedikit wacana ini menurut catatan yang ada pada silsilah keluarga kami. Artikel ini hanya sekedar sharing saja, bukan untuk di perdebatkan. Jika ada pembaca yang lebih paham tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk mengkoreksinya dan meluruskan. Sepanjang hal itu dapat menambah nilai-nilai kebersamaan, serumpun dan seketurunan guna menjaga nasab dari pelaku sejarah yang menjadi Legenda Sumatera Selatan ini.
Puyang Rubiyah Inang Sakti merupakan anak ke-enam dari puyang Kurungan Dewa, dari Tujuh bersaudara. Berdomisili di tanah Rambang, bagian wilayah kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan tulisan tangan dari saudara kami, bahwa beliau merupakan puyang dari suku Lintang Empat Lawang.
Puyang Rubiyah Inang Sakti, satu-satunya puteri dari ke 7 orang anak puyang Kurungan Dewa, tanah Rambang. Beliau bersuamikan seorang pendekar sakti yaitu : Bujang dek bepusat alias Nage Beringsang disebut juga dengan gelar Raden Panji dari Lubuk Siduali.
Kisah Perjodohan
Kisah perjodohan beliau tersebut membuat gempar tanah Kute Rambang, sekaligus meneng gelamkan kerajaan Rambang Kurungan Diwe. Peristiwa ini dengan terkenal dengan "Peresan Selebung" Dikarenakan peristiwa ini pula, beliau hijrah ke impit Bukit di desa Seleman.
Berikut kutifan sebagian cerita tentang puyang Rubiah...
Puyang Rubiah dikenal juga 'Puteri Renik Gigi' bersuamikan anak Diwe di Putting Bumi Seniang Nage Raye untuk sementara waktu suami isteri itu bermukim dan menetap di Kute Aji Mentare 'bumi Rambang'. Puteri Renik Gigi dan suaminya Seniang Nage Raye, sampailah pada batas waktu yang disepakati pada waktu pernikahan dan harus meninggalkan Kute Aji Mentare untuk kembali ke Kerajaan Ayahnya di Putting Bumi dan kelaknya akan mewarisi sebagai Raja untuk menggantikan Ayahnya.
Pada suatu hari 'Seniang Nage Raye' mengemukakan hasratnya kepada mertuanya Ratu Sekandar Alam untuk minta diri dan ingin mengajak isterinya Puteri Renik Gigi pulang ke kerajaan ayahnya di Puting Bumi, serta ingin menetap dan bermukim di sana untuk selamanya.
Ajakan suaminya itu selalu ditampik dan ditolak oleh isterinya dengan bermacam-macam alasan, serta bersikeras dan enggan menuruti kehendak suaminya, apalagi kalau mau menetap untuk selamanya dikerajaan ayahnya di Puting Bumi. Berulang kali ajakan itu disampaikan namun sang puteri isterinya tetap menolak, akhirnya sampailah pada suatu klimak dan batas kesabarannya sudah habis.
Oleh sebab itu timbulah suatu perselisihan antara pihak Puteri Renik Gigi dengan pihak suaminya Seniang Nage Raye dengan puncaknya akan mengadu kesaktian dan kemukjizatan dari masing-masing pihak. Pihak kerajaan Aji Mentare mengadakan perasanan 'musyawarah besar' dengan kesimpulan menjelmakan pahlawan ciptaan, yang masing masing mempunyai kesaktian di keempat penjuru istana. Sejak terjadi perasanan 'musyawarah' itu Kute Aji Mentare bisa juga disebut dengan nama Kute Perasan.
Untuk daerah Endikat terkenal dengan nama Timpe Rasan. Pihak suami sang puteri 'Seniang Nage Raye' bertindak dan menunjukkan kesaktiannya dengan memasang atau menancapkan 4 batang lidi nyiur hijau dihalaman balai rung, di depan istana, serta dengan ancaman; Apabila pihak kerajaan Aji Mentare tidak menyerahkan sang puteri, atau menyetujui serta merestui atas keinginan dari pihak suaminya, maka akibatnya Kute Aji Mentare akan medapat bencana dan akan dimusnakan dengan genangan air Bah serta akan menjadi lautan 'ditenggelamkan'.
Keempat serampu sebagai pahlawan dari pada kerajaan Aji Mentare menjadi berang dan langsung mencabut lidi-lidi yang dipasang atau ditancapkan dihalaman belakang balai rung dan istana. Secara berganti-ganti, mulai dari serampu pertama hingga kepada serampu yang ke empat. Lidi yang dicabut, begitu tercabut menyemburlah air sebesar batang nyiur mencuat kepermukaan dari lubang lidi itu serta menjulang ke udara melebihi ketinggian pohon nyiur. Air yang menyembur itu dapat dimatikan oleh kesaktian serampu pertama dengan cara menghentamkan kakinya pada lubang lidi. Seterusnya lidi kedua, lidi ketiga, juga dapat dimatikan oleh serampu kedua dan serampu ketiga. Untuk lidi yang terkhir atau lidi yang keempat, serampu ke empat melakukan pula menghentamkan kakinya kelobang lidi yang menyemburkan air, namun bukan airnya berhenti menyembur kepermukaan, dengan serta merta bumi menjadi amblas 'selebung' kebawah tanah, air keluar tidak terbendung lagi, sehingga air menggenangi halaman balai rung, istana dan akhirnya segenap Kute Aji Mentare tergenang air, bak laut lepas dan musnahlah Kute Aji Mentare serta seluruh isinya ditelan air bah yang dahsyat.
Anak keturunan
Anak keturunan puyang Rubiyah Atung Bungsu Sakti dikenal dengan Lintang Empat Lawang "Nide, Nedo bermukim disekitar sungai Lintang, Nede' dan Ne'e bermukim disekitar sungai Musi, Tebing Tinggi. Ada juga yang bermukim disekitar sungai Air Itam Penukal.
Contoh bahasa Lintang :
ambek=ambil
agam=suka
amon=kalu
balek=pulang
galo=semua
jemo=orang
jemo tuo=orang tua
kemano=kemana
kaban=kamu
keruan=ngerti
kito=kita
lemak=enak
lok mano=bagaimana
nedo=tidak
ngapo=kenapa
pedio=apa
sapo=siapa
udem=sudah
Syair-syair berejung
Jak Selamo di Seleman
Gajah Tagoring kayek Timbuk
Jak Selamo Linjang ngan dengan
Ado Sebulan nedo benyawo
Sumber tulisan : Drs. H. Muhammad Aiman Fikri, tanggal 26 November 2000 dan sumber tulisan dari website.
Diantara beragam versi tentang Legenda puyang 'Rubiyah Inang Sakti', maka kami berinisiatif untuk membuka sedikit wacana ini menurut catatan yang ada pada silsilah keluarga kami. Artikel ini hanya sekedar sharing saja, bukan untuk di perdebatkan. Jika ada pembaca yang lebih paham tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk mengkoreksinya dan meluruskan. Sepanjang hal itu dapat menambah nilai-nilai kebersamaan, serumpun dan seketurunan guna menjaga nasab dari pelaku sejarah yang menjadi Legenda Sumatera Selatan ini.
Puyang Rubiyah Inang Sakti merupakan anak ke-enam dari puyang Kurungan Dewa, dari Tujuh bersaudara. Berdomisili di tanah Rambang, bagian wilayah kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan tulisan tangan dari saudara kami, bahwa beliau merupakan puyang dari suku Lintang Empat Lawang.
Puyang Rubiyah Inang Sakti, satu-satunya puteri dari ke 7 orang anak puyang Kurungan Dewa, tanah Rambang. Beliau bersuamikan seorang pendekar sakti yaitu : Bujang dek bepusat alias Nage Beringsang disebut juga dengan gelar Raden Panji dari Lubuk Siduali.
Kisah Perjodohan
Kisah perjodohan beliau tersebut membuat gempar tanah Kute Rambang, sekaligus meneng gelamkan kerajaan Rambang Kurungan Diwe. Peristiwa ini dengan terkenal dengan "Peresan Selebung" Dikarenakan peristiwa ini pula, beliau hijrah ke impit Bukit di desa Seleman.
Berikut kutifan sebagian cerita tentang puyang Rubiah...
Puyang Rubiah dikenal juga 'Puteri Renik Gigi' bersuamikan anak Diwe di Putting Bumi Seniang Nage Raye untuk sementara waktu suami isteri itu bermukim dan menetap di Kute Aji Mentare 'bumi Rambang'. Puteri Renik Gigi dan suaminya Seniang Nage Raye, sampailah pada batas waktu yang disepakati pada waktu pernikahan dan harus meninggalkan Kute Aji Mentare untuk kembali ke Kerajaan Ayahnya di Putting Bumi dan kelaknya akan mewarisi sebagai Raja untuk menggantikan Ayahnya.
Pada suatu hari 'Seniang Nage Raye' mengemukakan hasratnya kepada mertuanya Ratu Sekandar Alam untuk minta diri dan ingin mengajak isterinya Puteri Renik Gigi pulang ke kerajaan ayahnya di Puting Bumi, serta ingin menetap dan bermukim di sana untuk selamanya.
Ajakan suaminya itu selalu ditampik dan ditolak oleh isterinya dengan bermacam-macam alasan, serta bersikeras dan enggan menuruti kehendak suaminya, apalagi kalau mau menetap untuk selamanya dikerajaan ayahnya di Puting Bumi. Berulang kali ajakan itu disampaikan namun sang puteri isterinya tetap menolak, akhirnya sampailah pada suatu klimak dan batas kesabarannya sudah habis.
Oleh sebab itu timbulah suatu perselisihan antara pihak Puteri Renik Gigi dengan pihak suaminya Seniang Nage Raye dengan puncaknya akan mengadu kesaktian dan kemukjizatan dari masing-masing pihak. Pihak kerajaan Aji Mentare mengadakan perasanan 'musyawarah besar' dengan kesimpulan menjelmakan pahlawan ciptaan, yang masing masing mempunyai kesaktian di keempat penjuru istana. Sejak terjadi perasanan 'musyawarah' itu Kute Aji Mentare bisa juga disebut dengan nama Kute Perasan.
Untuk daerah Endikat terkenal dengan nama Timpe Rasan. Pihak suami sang puteri 'Seniang Nage Raye' bertindak dan menunjukkan kesaktiannya dengan memasang atau menancapkan 4 batang lidi nyiur hijau dihalaman balai rung, di depan istana, serta dengan ancaman; Apabila pihak kerajaan Aji Mentare tidak menyerahkan sang puteri, atau menyetujui serta merestui atas keinginan dari pihak suaminya, maka akibatnya Kute Aji Mentare akan medapat bencana dan akan dimusnakan dengan genangan air Bah serta akan menjadi lautan 'ditenggelamkan'.
Keempat serampu sebagai pahlawan dari pada kerajaan Aji Mentare menjadi berang dan langsung mencabut lidi-lidi yang dipasang atau ditancapkan dihalaman belakang balai rung dan istana. Secara berganti-ganti, mulai dari serampu pertama hingga kepada serampu yang ke empat. Lidi yang dicabut, begitu tercabut menyemburlah air sebesar batang nyiur mencuat kepermukaan dari lubang lidi itu serta menjulang ke udara melebihi ketinggian pohon nyiur. Air yang menyembur itu dapat dimatikan oleh kesaktian serampu pertama dengan cara menghentamkan kakinya pada lubang lidi. Seterusnya lidi kedua, lidi ketiga, juga dapat dimatikan oleh serampu kedua dan serampu ketiga. Untuk lidi yang terkhir atau lidi yang keempat, serampu ke empat melakukan pula menghentamkan kakinya kelobang lidi yang menyemburkan air, namun bukan airnya berhenti menyembur kepermukaan, dengan serta merta bumi menjadi amblas 'selebung' kebawah tanah, air keluar tidak terbendung lagi, sehingga air menggenangi halaman balai rung, istana dan akhirnya segenap Kute Aji Mentare tergenang air, bak laut lepas dan musnahlah Kute Aji Mentare serta seluruh isinya ditelan air bah yang dahsyat.
Anak keturunan
Anak keturunan puyang Rubiyah Atung Bungsu Sakti dikenal dengan Lintang Empat Lawang "Nide, Nedo bermukim disekitar sungai Lintang, Nede' dan Ne'e bermukim disekitar sungai Musi, Tebing Tinggi. Ada juga yang bermukim disekitar sungai Air Itam Penukal.
Contoh bahasa Lintang :
ambek=ambil
agam=suka
amon=kalu
balek=pulang
galo=semua
jemo=orang
jemo tuo=orang tua
kemano=kemana
kaban=kamu
keruan=ngerti
kito=kita
lemak=enak
lok mano=bagaimana
nedo=tidak
ngapo=kenapa
pedio=apa
sapo=siapa
udem=sudah
Syair-syair berejung
Jak Selamo di Seleman
Gajah Tagoring kayek Timbuk
Jak Selamo Linjang ngan dengan
Ado Sebulan nedo benyawo
Sumber tulisan : Drs. H. Muhammad Aiman Fikri, tanggal 26 November 2000 dan sumber tulisan dari website.
Timpe Perasan "menenggelamkan kerajaan Kute Aji Mentare" di bumi Rambang...!
BalasHapus