puyang rambang
Pendahuluan
Cerita prosa rakyat Sumatera Selatan yang maih tetap bertahan dan dikenal masyarakat adalah cerita mengenai "Puyang-puyang". Cerita puyang hampir terdapat di berbagai daerah di Sumatera Selatan. Cerita Puyang ini menjadi suatu cerita yang unik karena hanya dapat ditemukan di wilayah Sumatera Selatan_namun perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Daerah lain di Indonesia juga ada cerita prosa rakyat yang memiliki tokoh sakti atau tokoh hebatan atau wira atau pahlawan dengan nama yang berbeda-beda.
Cerita puyang biasanya dianggap pahlawan kebudayaan ketika dunia belum modern seperti sekarang ini. Cerita puyang hadir dan berakar pada kualitas pemiliknya yang sekaligus sangat mem - percayainya dan mengagung-agungkannya. Cerita puyang merupa kan produk budaya yang disampaikan secara terus-menerus dan turun-temurun melalui pewarisan lisan. Terkadang disertai bukti-bukti sejarah, seperti benda-benda dan temapat-tempat keramat seperti makam atau tapak tilas, yang mendukung keberadaan puyang-puyang.
Puyang diyakini oleh masyarakat Sumatera Selatan sebagai tokoh sakti yang merupakan sosok nenek moyang keturunan etnik tertentu di Sumatera Selatan. Cerita puyang umumnya menampil kan tokoh dengan penampilan luar biasa. Keluarbiasaan biasanya ditandai dengan berbagai sifat yang tidak dimiliki oleh manusia biasa, di antaranya berupa tampilan sebagai manusia dengan sifat-sifat yang diidam-idamkan, yang mengherankan, atau yang menakutkan. Penampilan citra seperti itu sangat tergantung pada selera dan konteks masyarakat tempat lahirnya puyang-puyang tersebut.
Cerita puyang biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dan merupakan sosok yang sangat hebat dan superior. Tokoh tersebut seolah-olah selalu tahu apa yang terjadi dan akan terjadi. Ia adalah sosok yang hampir tidak pernah kalah dalam segi apapun "mengalahkan dirinya dan orang lain". Kesaktian dan keajaiban yang dimilikinya sangat disegani oleh pengikutnya maupun musuh-musuhnya. Umumnya cerita puyang-puyang tersebut senantiasa membawa pertolongan demi penyelamatan orang-orang yang berhati baik dan memiliki kebenaran dari orang-orang jahat yang menganiaya atau menzaliminya.
Puyang merupakan orang sakti atau orang suci dan bahkan kadang-kadang bagi sebagian pewaris aktifnya dianggap sebagai Dewa. Selain itu, puyang adalah sosok yang baik hati bukan hanya kepada manusia tetapi makhluk lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Puyang dapat pula berlaku sebaliknya kepada orang-orang jahat dan berkelakuan buruk. Dengan kesaktiannya yang luar biasa puyang-puyang tersebut dapat menumpahkan kemarahannya dengan hukuman yang berat, bahkan mengutuknya. Nama Puyang-puyang biasanya sangat akrab dan dikenal luas di tengah masyarakat hingga kini.
Puyang Rambang
Berdasarkan Silsilah yang dibuat oleh Drs. H. Muhammad Aiman Fickry, tanggal 26 November 2000, bahwa Puyang Rambang "Kurungan Dewa" adalah putra mahkota kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah anak dari Bala Putra Dewa "Raja kerajaan Sriwijaya"
Puyang Kurungan Dewa, bertempat tinggal di Kute Aji Mantare, tanah Rambang sehingga beliau disebut juga "Puyang Rambang" Bukti sejarah dan legenda tentang puyang Rambang diantaranya adalah Buaya di muara Sungai Rambang dan Kera-kera yang sangat jinak di sekitar muara sungai Rambang.
Tahun kelahiran
Tahun kelahiran dan tahun meninggal dunia tentang 'puyang Kurungan Dewa' tidak ada datanya. Namun menurut penulis diperkirakan lahir pada tahun 870 masehi, semasa Bala Putra Dewa menjadi Raja Sriwijaya yang mempunyai pusat pemerintahan di Palembang. Hal ini dapat ditinjau dari aspek bahasa-bahasa didaerah Sumatera Selatan saat ini. Bahasa Melayu kuno adalah bahasa resmi Kerajaan Sriwijaya. Bahasa Lubai, bahasa Rambang, bahasa Ogan, bahasa Pasemah, bahasa Gumay adalah bahasa resmi diwilayah Sriwijaya. Anak keturunan beliau masih menggunakan bahasa resmi kerajaan Sriwijaya yaitu bahasa Melayu walaupun kejayaan Sriwijaya tinggal kenangan belaka.
Anak keturunan
Puyang Kurungan Dewa pada silsilah keluarga gugok ‘kurung lembak” ditempatkan menjadi generasi ke-2 (dua), mempunyai anak tujuh orang yaitu :
Cerita prosa rakyat Sumatera Selatan yang maih tetap bertahan dan dikenal masyarakat adalah cerita mengenai "Puyang-puyang". Cerita puyang hampir terdapat di berbagai daerah di Sumatera Selatan. Cerita Puyang ini menjadi suatu cerita yang unik karena hanya dapat ditemukan di wilayah Sumatera Selatan_namun perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Daerah lain di Indonesia juga ada cerita prosa rakyat yang memiliki tokoh sakti atau tokoh hebatan atau wira atau pahlawan dengan nama yang berbeda-beda.
Cerita puyang biasanya dianggap pahlawan kebudayaan ketika dunia belum modern seperti sekarang ini. Cerita puyang hadir dan berakar pada kualitas pemiliknya yang sekaligus sangat mem - percayainya dan mengagung-agungkannya. Cerita puyang merupa kan produk budaya yang disampaikan secara terus-menerus dan turun-temurun melalui pewarisan lisan. Terkadang disertai bukti-bukti sejarah, seperti benda-benda dan temapat-tempat keramat seperti makam atau tapak tilas, yang mendukung keberadaan puyang-puyang.
Puyang diyakini oleh masyarakat Sumatera Selatan sebagai tokoh sakti yang merupakan sosok nenek moyang keturunan etnik tertentu di Sumatera Selatan. Cerita puyang umumnya menampil kan tokoh dengan penampilan luar biasa. Keluarbiasaan biasanya ditandai dengan berbagai sifat yang tidak dimiliki oleh manusia biasa, di antaranya berupa tampilan sebagai manusia dengan sifat-sifat yang diidam-idamkan, yang mengherankan, atau yang menakutkan. Penampilan citra seperti itu sangat tergantung pada selera dan konteks masyarakat tempat lahirnya puyang-puyang tersebut.
Cerita puyang biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dan merupakan sosok yang sangat hebat dan superior. Tokoh tersebut seolah-olah selalu tahu apa yang terjadi dan akan terjadi. Ia adalah sosok yang hampir tidak pernah kalah dalam segi apapun "mengalahkan dirinya dan orang lain". Kesaktian dan keajaiban yang dimilikinya sangat disegani oleh pengikutnya maupun musuh-musuhnya. Umumnya cerita puyang-puyang tersebut senantiasa membawa pertolongan demi penyelamatan orang-orang yang berhati baik dan memiliki kebenaran dari orang-orang jahat yang menganiaya atau menzaliminya.
Puyang merupakan orang sakti atau orang suci dan bahkan kadang-kadang bagi sebagian pewaris aktifnya dianggap sebagai Dewa. Selain itu, puyang adalah sosok yang baik hati bukan hanya kepada manusia tetapi makhluk lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Puyang dapat pula berlaku sebaliknya kepada orang-orang jahat dan berkelakuan buruk. Dengan kesaktiannya yang luar biasa puyang-puyang tersebut dapat menumpahkan kemarahannya dengan hukuman yang berat, bahkan mengutuknya. Nama Puyang-puyang biasanya sangat akrab dan dikenal luas di tengah masyarakat hingga kini.
Puyang Rambang
Berdasarkan Silsilah yang dibuat oleh Drs. H. Muhammad Aiman Fickry, tanggal 26 November 2000, bahwa Puyang Rambang "Kurungan Dewa" adalah putra mahkota kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah anak dari Bala Putra Dewa "Raja kerajaan Sriwijaya"
Puyang Kurungan Dewa, bertempat tinggal di Kute Aji Mantare, tanah Rambang sehingga beliau disebut juga "Puyang Rambang" Bukti sejarah dan legenda tentang puyang Rambang diantaranya adalah Buaya di muara Sungai Rambang dan Kera-kera yang sangat jinak di sekitar muara sungai Rambang.
Tahun kelahiran
Tahun kelahiran dan tahun meninggal dunia tentang 'puyang Kurungan Dewa' tidak ada datanya. Namun menurut penulis diperkirakan lahir pada tahun 870 masehi, semasa Bala Putra Dewa menjadi Raja Sriwijaya yang mempunyai pusat pemerintahan di Palembang. Hal ini dapat ditinjau dari aspek bahasa-bahasa didaerah Sumatera Selatan saat ini. Bahasa Melayu kuno adalah bahasa resmi Kerajaan Sriwijaya. Bahasa Lubai, bahasa Rambang, bahasa Ogan, bahasa Pasemah, bahasa Gumay adalah bahasa resmi diwilayah Sriwijaya. Anak keturunan beliau masih menggunakan bahasa resmi kerajaan Sriwijaya yaitu bahasa Melayu walaupun kejayaan Sriwijaya tinggal kenangan belaka.
Anak keturunan
Puyang Kurungan Dewa pada silsilah keluarga gugok ‘kurung lembak” ditempatkan menjadi generasi ke-2 (dua), mempunyai anak tujuh orang yaitu :
- Puyang Meruhum Sakti "Rambang"
- Puyang Sake Sekemilung "Gumay"
- Puyang Serunting Sakti "Semidang"
- Puyang Penjalang Sakti "Kikim"
- Puyang Rejingan Sakti "Raje Inggan Tue"
- Puyang Rubiyah Inang Sakti "Lintang"
- Puyang Atung Bungsu Sakti "Besemah"
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus